Tri Hita Karana


Tri Hita Karana

Adalah menjadi penting untuk hidup harmonis dengan apa yang ada di dalam ataupun diluar lingkaran kita. Menurut kitab suci Weda terdapat falsafah  yang menyebutkan bahwa keharmonisan diterapkan dengan menjaga hubungan baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan alam dan manusia dengan manusia. Saya mencoba menerapkannya ketika libur lebaran di bulan juni kemarin.

1. Manusia dengan Sang Pencipta.

Menelusuri rekam jejak kerajaan Singasari di akhir abad ke-13. Menurut kitab Negarakertagama, candi Jawi merupakan tempat pendharmaan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singasari yang masih meninggalkan banyak misteri.

Ukiran relief yang membungkus dinding candi juga masih menyisakan misteri yang belum terpecahkan karena relief yang tidak tergambar dengan jelas akibat terkikis air hujan. Menurut beberapa sumber, relief menggambarkan suatu cerita dalam kitab Sutosoma.

Keindahan arsitektur candi yang merepresentasikan perpaduan agama Hindhu dan Budha, kembali mengingatkan saya akan
"Bhinneka Tunggal Ika"

Di Candi Jawi saya belajar bahwa esensi spiritual yang hakiki itu adalah manifestasi rasa cinta bukan kepada arsitekturnya pun falsafah yang terkandung di dalamnya tetapi kepada Sang Pencipta.


2. Manusia dengan Alam.

Kokohnya pepohonan di dekat hilir sungai menuju air terjun

Satu dari keindahan alam di Jawa Timur


Hembusan air yang membawaku bersama anginmu

Menapaki jejakmu dan mempelajari semua pemberianmu

Sang Air Terjun

Segala bentuk ketidaksempurnaan yang alam berikan. mengajarkan untuk selalu memberi dalam kondisi apapun, di ujung perjalanan menuju air terjun Kakek Bodo.


3. Manusia dengan Manusia.

Terbingkai diantaranya

Bayang Siluet pukul 4 sore

Harum sejuk yang menenangkan batin

Saya dan kedua Orang tua ♡

Dalam rindangnya pepohonan di Kebun Raya Purwodadi saya merasakan bahwa hubungan sosial dengan sesama selalu menuntun untuk menyeimbangkan segala bentuk dualisme didalam diri.


Perjalanan yang cukup singkat, namun memberikan energi yang luar biasa setelah melaluinya. Sepatutnya kita manusia, melakukan sebuah perjalanan tanpa memandang seberapa bagus tempatnya untuk difoto, seberapa terkenal tempat yang akan kita datangi. Sejatinya dalam sebuah perjalanan kita hanyalah cukup meluruhkan ego kita sebagai manusia lalu selebihnya adalah bonus.



#Trihitakarana


Comments